Translate

Kamis, 16 Oktober 2014

artikel

Insafnya Preman

"'Buruan serahkan dompet, hp, dan jam tangan milikmu kalau nggak kkrrreeeekkkk '' ujar siman yang sedang memalak Paijan, menirukan gaya memotong leher dengan tangan.

Bukan rahasia umum lagi, kalau sosok Siman sudah dicap sebagai preman Kampung Bakaran, banyak warga yang sudah menjadi langganan kelakuan si Siman. Sehingga suatu hari mereka sepakat untuk menghentikan tindakan Premanisme yang sudah menjadi kelakuan harian Siman.

''Min, gue udah nggak tahan nih? ''Paimen memulai percakapan ke Mimin setelah mendengar Paijan yang baru aja di palak oleh Siman ketika mereka bertemu di jalan.

''Ya udah sana, kalau udah kebelet pipis'' jawab asal Mimin.

''Sialan luh. Maksudnya, gue udah nggak tahan dengan kelakuan Siman''. Gimana kalau kita main hakim aja terhadap Siman, '' ajak Paimen.

''Sumpah Men, gue nggak ngerti soal hukum, gue nggak mau jadi hakim, lagian nggak berani sama Siman '' jelas Mimin yang kentara sekali kalau Dongo`nya belum sembuh juga.

''Capek gue ngomong sama luh Min. Maksud gue, kita hajar rame-rame aja tuh Siman bila perlu kita bakar aja rumahnya '' dengan nada emosi Paimen mengatakan itu ke Mimin, entah karena emosi sama Siman atau Mimin yang Dongo`.

''Oooo ... Gitu maksudnya! Jangan Men,  mendingan kita ke Ustad Pe`i '' jelas Mimin dan mendengar ini Paimen membatin (tumben punya ide cemerlang biasanya otak nggak pernah dipake).

Keesokan harinya, Paijan dan Mimin mengunjungi rumah Ustad Pe`i.

''Ustad Pe`i dulunya adalah seorang Ustad yang sangat di segani bukan karena Ilmu Agamanya tetapi juga di sebabkan karena latar belakang kehidupannya yang kelam. Sebelum mendapatkan Hidayah, Pe`i juga seorang preman yang sangat disegani, dan Siman ialah salah satu seorang anak buah Pe`i dari sekitar puluhan anak buahnya. Sampai sekarang pun Siman sangat segan terhadap mantan bosnya tersebut.

''Siman, saya sudah banyak mendengar keluhan warga atas kriminal kamu ke mereka, dan saya harap kamu segera Insaf, saya juga sarankan lebih baik kamu mendalami Ilmu Agama di Pondok '' Ustad Pe`i menasehati Siman.

''Baiklah Ustad, saya akan mencoba untuk berubah '' dengan muka tertunduk, Siman pun menjawab lemah untuk melakukan apa yang sudah di sarankan olehUstad Pe`i.


Endingnya.
Semenjak menghadap Ustad Pe`i di Kampung Bakaran, tidak ada lagi tindakan kriminal yang biasanya dilakukan oleh Siman.

 Note.
Lebih baik jadi mantan Ustad Preman yang Insaf dari pada harus jadi mantan Ustad......

Pati, 16/10/2014.