Translate

Sabtu, 24 Oktober 2015

Puisi Penderitaan Diam-diam

Betapa tak menyenangkan hidup menganggurkan
Berusia di atas tujuh belas tahun
Masih makan beras hasil jerih payah orangtua
Masih berteduh di bawah atap rumah orangtua yang beranjak uzur
Memang seperti layaknya diam-diammenderita
Persis gangguan jantung yang tiap hari mesti harus dirasakan
Penderitaan layaknya pengangguran yang tanpa harapan untuk masa depan
Para penganggur bertempur setiap hari
Melawan rasa pesimis yang menggerogoti pelan-pelan
Waktu yang hampir habis
Kesempatan yang kian tipis
Persaingan yang semakin ganas
Kepercayaan diri yang mulai merosot
Harga diri yang longsor
Pertempuran dalam perang yang tak terlupakan
Perang yang tak pernah dibuatkan noven dan film
Sekarang paham akan mengapa para penganggur sering tampak orang linglung
Sungguh daku terkejut
Melihat juga membaca angka pengangguran
Indonesia mencapai puluhan juta orang
Begitu banyak orang menderita di sini
Sudah terucap kawan
Di negeri ini cukup mengharapkan bahagia datang dari pemerintah 
Agaknya sedikit riskan

Minggu, 04 Oktober 2015

Puisi Ini Langkahku

Berawal dari cinta 
Jatuh bangun
Sakit hati
Membangn cinta sekian kali
Namun apa daya kita sedang di uji
Sakit hati serasa jadi teman dekatku
Dari situlah daku ingin tidak berlarut-larut kesediahan
Sedih sedalam bayang-bayang
Untuk itu
Selalu menciptakan kata
Sebuah kata ang sederhana entah ala kadarnya
Membuat senyum manis untuk seseorang 
Bagiku sesuatu hal yang luar biasa
Namun di lain sisi
BIia seseorang menciptakan karya 
Yang mana itu ialah puisi
Sungguh dalam hati kecil ada rasa untuk membenci
Tetapi 
Sejurus kemudian
O;eh sebab-sebab kata puisi
Telinga daku pun tak asing lagi mendengar
Kata yang sungguh indah nan bergairah
Dan di dunia maya inilah
Diriku mulai banyak belajr tentang itu semua 
Mulai mengenal sastra 
Mulai berani menciptakan karya dalam berpuisi
Entah itu bagus maupun jelek
Itu bukan masalah 
Karena bagus itu ialah suatu musuh bagi hebat
Indah memang
Selagi daku bisa bermain sastra
Bersama kalian semua

Puisi Bayang-Bayang Keturunan

Apalah makna kekayaan yang melimpah
Apalah makna dari kekuasaan
Bila pada suatu hari nanti segala yang dimiliki
Akan terlepas dari genggaman
Dan sedihnya hati bila tak ada peneus
Tak ada ahli waris yang akan meneruskan darah perjuangan?
Apakah sebatang mawar di biarkan layu begitu saja
Tanpa menikmati keindahan dan keharumannya
Dan seliuk ranting mati kekeringan dengan sia-sia
Bila pohon pinus telah tumbang
Lantas ke mana lagi kelelawar menyusun sarang?
Ke mana lagi bahagia bisa di temukan?
Ke mana lagi diri mesti beroleh naungan?
Hanya bayangan seorang anaklah yang membuat kematian tertunda
Semakin bertambah umur
Semakin pula hasratnya untuk mempunyai keturunan
Malam pun mulai menemani
Bertahun-tahun telah berdoa dan sedekahnya tak juga di dengar oleh Tuhan?
Bintang jatuh yang ia impikan tak kunjung datang
Melati yang di tanam pun tak pernah tunasnya mengembang
Tapi penguasa itu tak langsung  menyerah pada takdir
Demi satu harapan yang belum terpenuhi
Ia melupakan semua anugrah Tuhan yang telah dimilikinya
Dengan itu yang ada hanyalah bermimpi
Memimpikan bayangan keturunan

Puisi Kelas Berkelas Sederhana

Sekolah kami layaknya seperti gudang kopra
Konstruksi bangunan yang melainkan daripada yang lain
Dengan begitu tak ada daun pintu dan jendela yang bisa di kunci
Bahkan sudah tidak simetris dengan ran

Puisi Kamus Hidupku

Kamu bagaikan kosa kata
Yang ada di setiap makna
Pikiranku telah di penuhi pertanyaan
Yang di mana itu hanya tertuju padamu
Dalam kamus hidupku
Daku mulai mencari kosa kata lewat dirimu
Ajari daku kata yang bisa memahami hatimu
Ajari daku makna yang bisa membuatku berfikir
Untuk bisa membuatmu nyaman denganku
Dan jangan lupa
Berikan senyuman itu
Kala daku sedang merasa gundah
Agar hatiku terasa tenang 
Setenang air suci yang belum kejatuhan najis
Jika daku salah dalam memberi makna
Tuntun daku di jalan lurus
Lewat kasih sayangmu yang tak ternilai itu